Senin, 11 April 2016

Saat Kau Menjelma

Saat kau menjelma

Saat malam hendak menyingkir
mentari menguap dan aku yang duduk
dirimu menjelma bisik yang hanya aku dan Dia yang tahu.

Ketika Mentari menjadi sangar
dan aku menjelma bebatuan sungai
kau adalah alir yang membungkam seribu kata
jangan kikis aku,sayang
biar aku yang menjadi batu yang mencium punggungmu ketika kau lelah
bermain air yang terus menghanyut bulir resah.

Ketika horizon menjadi jingga
kamu menjadi siluet senja
dalam cahaya kamu hitam dan aku angin sore
yang memelukmu saat kau hitam namun hanya aku yang rasakan
kau tak bisa

Dan ketika bulan menjadi penguasa
kau menjelma detik jam memutar kenangan tanpa henti
bahkan saat aku hendak mengakhiri mataku
saat lidah mendusta hati kau semakin jelas
saat itulah aku selaksa baterai jam yang sekarat.


Kemayoran, 21 februari 2016

Teruntuk Yang Pergi

Teruntuk yang pergi
(Rezza B. Prasetyo)


Fajarku tak pernah datang
justru burung-burung hitam bertamu
lalu pergi membawa peluk
jauh kelangit ketujuh
besama berhitam-hitam payung
yang meneduhkan tangis mega

Biar mawar, batu, tanah, hujan
menemanimu yang kini bisu

Mengapa kau bawa pergi juga
kecupan keningmu
peluk mentarimu
kata-katamu yang melaut
sedang kau tinggalkan
manis, pahit, asam, asin
kenangan yang dengan tak sengaja
kau setek dalam darahku

Biar Tuhan jadi saksi
tentang kenangan pasir pantai
dan senja yang pernah kulewati
di seisak tertahan rentina

Selamat jalan
bawa serta doa ku di genggaman
tanganmu
jangan kau lepas


Kemayoran, 16 maret 2016

ShareThis